Audiensi Pimpinan MWA dan Rektor IPB ke Menteri Pertanian Membahas Pembangunan Pertanian


Salah satu isu yang sangat penting untuk dibahas adalah meningkatnya harga pangan (sebagai akibat krisis pangan) yang sangat membebani warga dunia khususnya warga miskin. Banyak faktor baik jangka pendek maupun jangka panjang yang menyebabkan terjadinya krisis pangan. Faktor-faktor penyumbang krisis antara lain adalah lebih tingginya tingkat konsumsi dibandingkan dengan tingkat produksi, melambatnya pertumbuhan produksi tahunan, terbatasnya ruang untuk melakukan ekspansi areal tanaman, kenaikan harga minyak dan concern terhadap perubahan iklim yang telah mendorong dengan cepat investasi dalam biofuel, misalnya ethanol yang dibuat dari bahan pangan seperti jagung, adanya bencana alam (natural disaster) seperti kemarau yang meluas di India dan China, dan banjir yang terjadi diberbagai tempat di dunia. Faktor yang tidak kalah penting adalah berkurangnya investasi publik dalam penelitian dan pengembangan pertanian. Secara khusus, international donors belum menyediakan dukungan yang cukup untuk penelitian dan pengembangan pertanian yang secara khusus terkait dengan peningkatan produktivitas hasil panen (crop productivity).

Dalam rangka mensinergikan program-program IPB dengan program-program Departemen Pertanian, maupun program pembangunan nasional pada umumnya dan khususnya pembangunan pertanian, maka pada hari Selasa tanggal 18 April 2008, anggota MWA IPB dipimpin oleh Dr. Ishartanto melakukan audiensi dengan Dr. Anton Apriantono, Menteri Pertanian (Mentan) RI di Departemen Pertanian (Deptan) Jakarta. Pimpinan dan Anggota MWA lainnya yang hadir antara lain adalah Prof. Dr. Tridoyo Kusumastanto (Sekretaris MWA), Dr. Herry Suhardiyanto (Rektor IPB/Anggota), Dr. Irawadi Jamaran (Ketua Komisi Pengembangan Institusi/Komisi I), Prof. Dr. Iding M. Padlinurjaji (Wakil Ketua Komisi II/Anggota), Prof. Dr. Fachriyan H. Pasaribu dan Dr. Iwan Riswandi (Anggota).

Mentan menyampaikan apresiasi kepada MWA IPB atas kunjungan Pimpinan dan Anggota MWA ke Departemen Pertanian. Mentan menyampaikan bahwa Deptan tidak mungkin berjalan sendirian. Potensi SDM ada di Perguruan Tinggi sangat memadai untuk mendukung pembangunan. Melalui berbagai program dan wadah yang tepat, Deptan dan IPB dapat memberdayakan potensi SDM yang ada sehingga banyak hal yang bisa diselesaikan dengan lebih cepat.

Pada kesempatan audiensi tersebut, kedua pihak sepakat untuk memanfaatkan moment Hari Kebangkitan Nasional, tanggal 20 Mei 2008 sebagai Hari Kebangkitan Pertanian Indonesia. Selain itu, Rektor IPB menyampaikan perlunya kerjasama dalam implementasi program-program yang ada di Deptan. Krisis pangan yang terjadi saat ini, hendaknya menjadi pelajaran bahwa pertanian merupakan sektor yang sangat penting , dan agar tidak diabaikan lagi. Pada krisis yang lalu, pertanian ternyata menjadi salah satu faktor penyelamat. Rektor juga menginformasikan pertemuan dengan Direktur Perum Sanghyang Sri yang intinya mengharapkan agar galur benih yang telah dihasilkan oleh peneliti IPB segera bisa jadi varietas untuk mengisi kebutuhan benih nasional.

Mentan menyampaikan bahwa IPB bersama Deptan harus memanfaatkan kondisi saat ini. Dari satu sisi orang memandang kondisi sekarang sebagai krisis, namun disisi lain juga merupakan berkah, khususnya bagi petani, karena tidak ada satupun komoditi pertanian yang nilainya rendah. Berkah lain, adalah bahwa krisis ini telah membuka mata kita semua. Dulu tidak ada yang fokus, jika membicarakan masalah pertanian, namun sekarang semua pihak fokus membicarakan masalah pertanian dan masalah ketahanan pangan.

Mentan menyampaikan bahwa tahun ini, Departemen Pertanian membentuk konsorsium padi, kedelai, kakao, sawit, perubahan iklim, dan sosial ekonomi pertanian. Tujuannya adalah untuk memberdayakan para peneliti dari Perguruan Tinggi, swasta maupun di pemerintahan termasuk LIPI, BPPT untuk menggarap satu komoditi, misalnya padi, sehingga akan keluar apa yang seharusnya diteliti dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Hasil sementara menunjukkan, ternyata di perguruan tinggi banyak varietas-varietas unggul yang sudah ditemukan, tapi tidak bisa dilanjutkan ke proses selanjutnya karena kendala anggaran, sehingga beberapa kelanjutan riset tersebut didanai Departemen Pertanian. Ini merupakan salah satu jalan yang dapat ditawarkan dari pihak pemerintah. Jalan kedua, adalah melibatkan swasta dalam konsorsium sehingga kebutuhan segera diketahui, misalnya IPB sedang mengembangkan varietas tertentu, sehingga diharapkan mereka dapat membiayai uji multi lokasi.

Mentan menekankan agar dalam jangka menengah dan jangka panjang riset harus diperkuat, karena ini merupakan salah satu kelemahan. Banyak riset yang tidak tuntas dan terpotong-potong, karena terkendala anggaran, tidak adanya perencanaan jangka panjang dan tidak adanya keterpaduan antar institusi. Oleh karena itu, konsorsium harus diperkuat karena disinilah keterpaduan tersebut terjadi, dan ternyata ide yang sama, saat ini juga sedang diterapkan di IRRI (International Rice Research Institute), Los Banos, Philippines.

Guna merealisasikan kerjasama IPB dan Deptan, Dr. Ishartanto, mewakili Pimpinan MWA IPB mengharapkan kepada Mentan dan Rektor IPB agar dapat menunjuk contact persons. Menanggapi permintaan Pimpinan MWA, Mentan menunjuk Kepala Badan Litbang Karantina, Deptan sebagai wakil dari Deptan yang akan berkoordinasi dengan IPB yang dalam hal ini akan diwakili oleh Dr. Anas M. Fauzi, Wakil Rektor bidang Riset dan Kerjasama IPB.

 

Comments are closed.